Fasilitator: Debbie Amelia Munandar
Pemantik: Arra’di Nur Rizal
Peserta: Kafi Mahardika, Yuan Anzal Ramadhan, Perdana Haryana, Fikri Yuliandi, Irvan Risdi, Alif Firman Firdausy, Evi Setiani Lande
Tempat: Unity, Gøteborg Alle 4 8200 Aarhus, Denmark
Waktu: Kamis, 20 Februari 2025; 17.30 CET
Diskusi ini membahas secara mendalam tentang Tujuan Tingkat Layanan (Service Level Objectives/SLOs) dan manajemen inventaris berbasis Application Programming Interface (API). SLO didefinisikan sebagai target kinerja dan keandalan untuk layanan, yang terdiri dari tiga komponen utama: SLI (metrik), SLO (target), dan SLA (perjanjian dengan pengguna). Untuk pemantauan SLO, berbagai alat tersedia termasuk solusi open source seperti Prometheus, Grafana, dan Thanos, serta solusi berbasis cloud seperti Google Cloud Operations, AWS CloudWatch, dan Datadog.
Dalam konteks metrik kritis, diskusi menekankan pentingnya tiga aspek utama: ketersediaan (persentase uptime), latensi (waktu respons dalam milidetik), dan tingkat kesalahan (persentase permintaan yang gagal). Konsep anggaran kesalahan (error budget) juga diperkenalkan sebagai cara untuk menyeimbangkan antara keandalan dan inovasi dalam layanan.
Di Grundfos sendiri, telah diimplementasikan sistem yang komprehensif. Sistem ini mencakup pemantauan perangkat IoT, layanan peringatan yang melacak SLI dan memastikan kepatuhan terhadap SLO, serta sistem notifikasi yang dapat mengirim peringatan melalui SMS, email, dan binary.
Mengenai manajemen inventaris API, diskusi menjelaskan pentingnya pelacakan dan pengelolaan API untuk visibilitas dan kontrol yang lebih baik. Manfaat utama dari manajemen inventaris API meliputi pengurangan redundansi, peningkatan keamanan, dan kepatuhan yang lebih baik. Berbagai alat seperti SwaggerHub, Postman, dan Apigee disebutkan sebagai solusi untuk penemuan dan pengelolaan API.
Untuk langkah ke depan, Grundfos telah mengidentifikasi beberapa inisiatif penting. Pertama, mereka berencana mengeksplorasi praktik terbaik untuk otomatisasi inventaris API. Kedua, mereka ingin menyelidiki potensi penggunaan AI generatif untuk merespons insiden. Ketiga, mereka akan mengeksplorasi model bisnis untuk melisensikan teknologi tata kelola API berbasis SLO.
Diskusi juga menekankan beberapa praktik terbaik yang perlu diikuti. Untuk SLO, penting untuk mempertahankan tujuan yang realistis dan terukur, melakukan pemantauan secara terus-menerus, dan menggunakan anggaran kesalahan secara efektif. Sementara untuk inventaris API, fokus diberikan pada pemeliharaan registri API yang terkini, otomatisasi proses pelacakan, dan implementasi pemeriksaan keamanan dan kepatuhan. Meskipun diskusi memberikan gambaran yang jelas tentang berbagai inisiatif, perlu dicatat bahwa tidak ada penunjukan spesifik mengenai individu atau departemen yang bertanggung jawab untuk setiap inisiatif. Untuk implementasi yang lebih efektif, akan sangat bermanfaat jika ditentukan penanggung jawab yang jelas untuk setiap inisiatif yang direncanakan.